Perang Thailand dan Kamboja Memanas, Menewaskan 16 Orang
ZonaHarian – Perang Thailand dan Kamboja Memanas, Menewaskan 16 Orang.
Perang antara Thailand dan Kamboja kian memanas, Dalam dua hari, sedikitnya 16 orang dilaporkan tewas, lebih dari 130 ribu orang mengungsi, Perang ini merupakan letupan konflik lama soal sengketa wilayah di sekitar kuil suci preah vihear, dan ketegangan menyebar ke 12 titik perbatasan.
Awal Mula Perang Thailand dan Kamboja
Perang Thailand melawan Kamboja bermula dari ketegangan di area perbatasan. Sebelumnya, pada Mei 2025, seorang tentara Kamboja tewas dalam kontak senjata singkat. Insiden tersebut memicu kemarahan publik dan meningkatkan ketegangan politik di kedua negara.
Puncaknya terjadi Rabu (23/7/2025) malam, ketika Thailand secara resmi menarik pulang duta besarnya dari Phnom Penh dan mengumumkan pengusiran duta besar Kamboja dari Bangkok. Langkah diplomatik ini diambil setelah dua prajurit Thailand kehilangan anggota tubuh akibat ranjau darat dalam waktu kurang dari seminggu di wilayah sengketa tersebut.
Pada Kamis (24/7), Ketegangan memuncak pada hari Kamis ketika Thailand dan Kamboja melakukan serangan langsung di wilayah masing-masing, dengan kedua belah pihak saling menuduh pihak lain melepaskan tembakan terlebih dahulu. Thailand mengatakan militer Kamboja meluncurkan roket jarak jauh ke sasaran sipil di negara itu, termasuk serangan di satu pom bensin yang menewaskan sedikitnya enam orang. Militer Thailand kemudian menerbangkan jet tempur F-16 untuk mengebom sejumlah target di Kamboja, termasuk serangan yang dilaporkan terhadap pagoda Buddha, yang mengakibatkan satu korban sipil.
Reuters melaporkan sedikitnya 16 korban tewas selama dua hari konflik, dengan perincian 14 korban di Thailand (13 warga sipil dan satu tentara) serta satu korban tewas dan lima luka-luka di Kamboja.
Sejarah Konflik Penyebab Perang Thailand dan Kamboja
Thailand dan Kamboja mengalami pasang surut hubungan selama puluhan tahun akibat sengketa perbatasan. Perbatasan darat antara Thailand dan Kamboja membentang lebih dari 800 kilometer.
Perselisihan klaim ini sebagian besar berasal dari peta tahun 1907 yang dibuat pada masa penjajahan Prancis, yang digunakan untuk memisahkan Kamboja dari Thailand. Kamboja menggunakan peta ini sebagai dasar untuk mengklaim wilayah, sementara Thailand berpendapat bahwa peta tersebut tidak akurat.
Konflik yang paling menonjol dan penuh kekerasan terjadi di sekitar Kuil Preah Vihear yang berusia 1.000 tahun.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) memberikan otoritas atas kuil tersebut kepada Kamboja.
Setelah beberapa bentrokan antara tentara Kamboja dan pasukan Thailand yang menyebabkan sekitar 20 orang tewas dan ribuan warga mengungsi, Kamboja kembali mengajukan kasus ini ke ICJ pada 2011. Pada 2013, pengadilan tetap mempertahankan putusan sebelumnya, yang mengejutkan pihak Thailand.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (International Court of Justice) memberikan kedaulatan atas kawasan kuil tersebut kepada Kamboja. Putusan ini menjadi sumber gesekan utama dalam hubungan bilateral.
Kenapa Kuil Preah Vihear jadi Sumber Perang Thailand dan Kamboja?
Kuil Preah Vihear bukan sekadar situs purbakala kuno di perbatasan Thailand dan Kamboja. Kuil Preah Vihear adalah simbol yang sarat maknasejarah, budaya, nasionalisme, dan geopolitik yang menjadikannya sebagai sumber konflik berkepanjangan antara dua negara bertetangga tersebut. Sejak dahulu hingga hari ini, keberadaan kuil ini telah memantik sengketa, bentrokan, bahkan perang terbuka.
Kuil Preah Vihear dibangun oleh Kekaisaran Khmer antara abad ke-9 hingga ke-12 Masehi. Didedikasikan untuk dewa Siwa, kuil ini merupakan salah satu contoh arsitektur Hindu paling megah di kawasan Asia Tenggara.
Strukturnya yang menjulang di atas tebing mencerminkan kejayaan peradaban Khmer dan menjadi lambang spiritualitas serta keterampilan teknik bangunan kuno. Bagi rakyat Kamboja, kuil ini merupakan warisan budaya nasional yang tidak ternilai harganya-bukti bahwa wilayah tersebut dulunya merupakan bagian dari jantung peradaban Khmer.
Kuil Preah Vihear terletak di puncak pegunungan Dângrêk, persis di perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Secara visual, kuil ini menghadap ke arah Kamboja. Namun secara fisik, akses termudah ke kuil adalah melalui sisi Thailand, yang selama bertahun-tahun memelihara dan mengelola jalur masuknya.
Lokasi ini menjadikan kuil sebagai titik strategis dalam sengketa perbatasan. Menguasai Preah Vihear berarti juga memiliki klaim atas wilayah sekitar yang mungkin kaya akan sumber daya alam atau penting secara militer.
Pada tahun 2008, Kamboja berhasil mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Langkah ini dianggap sebagai kemenangan diplomatik bagi Kamboja, tetapi menimbulkan kemarahan di Thailand.
Banyak warga dan politisi Thailand menilai Kamboja bertindak sepihak dan mengabaikan klaim Thailand atas wilayah di sekitar kuil. Ketegangan memuncak menjadi demonstrasi dan bentrokan militer, menunjukkan betapa sensitifnya status internasional kuil ini terhadap hubungan bilateral.